Maka ia pergi ke kota naik keledainya untuk mencari istri.
Pada waktunya ia menemukan seorang wanita, yang menurut
pikirannya akan menjadi istri yang baik, dan mereka menikah.
Sesudah upacara, mereka berdua mengendarai keledai itu dan
kembali ke tempat pertanian mereka. Sesudah beberapa saat
keledai itu berhenti dan tidak mau berjalan lagi. Petani itu
turun dan mulai memukuli keledai itu dengan batang besar,
sampai keledai itu mau berjalan lagi.
"Ini satu," kata petani itu.
Beberapa kilometer kemudian, keledai itu berhenti lagi dan
sekali lagi petani itu turun dan memukuli keledai itu sampai
mau berjalan lagi. "Ini dua," kata petani itu.
Beberapa kilometer kemudian, keledai itu berhenti lagi untuk
ketiga kalinya. kali ini petani itu turun, menurunkan
istrinya, mengambil pistolnya dan menembak kepala keledai
itu hingga mati seketika.
"Kau tolol, bengis," teriak istrinya. "Keledai itu binatang
yang kuat, baik dan berguna untuk usaha pertanian kita. Dan
dalam ledakan amarahmu, kaubinasakan dia. Seandainya saya
tahu bahwa engkau orang yang tidak punya hati, saya tidak
pernah akan nikah dengan engkau ..." dan seterusnya, sampai
kira-kira sepuluh menit.
Petani itu terus mendengarkannya sampai ia berhenti. Lalu ia
berkata, "Ini satu."
Kisah selanjutnya, sesudah itu mereka hidup bahagia.
(DOA SANG KATAK 2, Anthony de Mello SJ,
Penerbit Kanisius, Cetakan 12, 1990)
0 comments: