Sambil tersenyum ia berkata , " Beberapa tahun ke depan saya akan mulai menyerahkan sebagian
kepemimpinan perusahaan kepada anak anak saya dan para professional. Setelah itu, saya akan pensiun, menikmati hidup, dan lebih aktif dalam kegiatan social. Selain itu , saya kepengen bisa travelling kekota kota kecil. Kan orang dikota kecil lebih ramah, lebih baik, dan jauh dari stress"
Ketika perbincangan semakin dalam, saya beranikan juga diri saya untuk bertanya tentang apakah ada penyesalan dalam hidupnya. Sejenak ia terdiam lalu dengan mata berkaca-kaca ia berujar, " Ada satu hal yang sangat saya sesali sampai hari ini, yaitu saya belum sempat membawa ibu saya jalan-jalan kenegeri China . Itu adalah impian ibu saya dan sebagai anak yang telah mapan secara ekonomi saya pengen sekali bisa membahagiakan ibu dengan mewujudkan impiannya itu.
Tahun demi tahun berlalu dan sesungguhnya saya punya dana serta kesempatan untuk melakukan itu. Hanya saja, waktu itu saya menyepelekan rencana ini. Saya pikir , nanti saja kalau kerjaan saya sudah beres. Ternyata saya terlalu asyik bekerja sehingga ibu saya keburu dipanggil pulang Yang Mahakuasa "
Dari kisah sederhana ini, kita juga boleh belajar satu hal penting. Memang benar, tip untuk menjadi lebih berbahagia adalah dengan menganggap hari ini adalah hari terakhir hidup kita didunia. Namun, disisi lain , saya kira juga benar bahwa dengan menganggap hari ini sebagai hari terakhir, kita punya kesempatan untuk menunjukkan kasih kita kepada orang-orang yang dekat dihati kita.
Beberapa jam yg lalu – sebelum saya menulis artikel ini – putri kami, Priscilla , tampak gelisah. Ini biasa ia alami menjelang jam tidur. Ia bolak balik dikasur. Ketika saya beranjak keluar dari kamarnya, ia menangis. Rupanya ia meminta saya me-nina bobo- kannya. Saya dan istri kemudian memainkan peranan itu. Kami sama-sama mem-pok-pok ( menepuk-nepuk secara lembut punggungnya) dan ia pun tertidur lelap. Sungguh sukacita besar bagi kami, orangtua , melihat anak kami bias tidur nyenyak. Memandang dadanya yang naik turun saat bernapas membuat kami terkadang sangat terharu sekaligus sukacita. Benar kata seorang sahabat yang kebetulan seorang pastor, "Tujuan pernikahan adalah kebahagian dan Tuhan menyempurnakan itu dengan kehadiran anak " Terimakasih, Tuhan
Tidak ada yang pernah tahu kapan kita akan dipanggil. Tidak ada juga yang tahu kapan orang-orang yang kita kasihi akan dipanggil.
Seorang sahabat yang juga pengusaha pernah berkomentar, " Setiap hari kita diberi kesempatan untuk mengasihi dan juga dikasihi. Itu satu paket ! Pada saat kita mengasihi, kita pun dikasihi. Terkadang karena rutinitas dan kesibukan sendiri , kita jadi lupa sehingga menganggap semuanya biasa biasa saja." Memang , kadang kita baru betul-betul merasa kehilangan ketika semuanya itu telah pergi untuk selamanya.
Seorang bijak pernah berkata," Salah satu cara terbaik menunjukkan kasih kita kepada mereka yang telah tiada adalah dengan mengasihi orang2 yang masih hidup, khususnya orang-orang yang dekat dihati kita." Sebuah nasihat yang amat berharga !
Jadi, selagi masih ada kesempatan, lakukanlah yang terbaik dan jadilah diri kita yang terbaik karena kita tidak pernah tahu kapan hari itu akan tiba. Kasihilah orang-orang yang paling dekat dihati kita seolah-olah hari ini adalah hari terakhir, entah bagi kita atau bagi mereka. Toh, tidak ada salahnya menganggap ini adalah hari terakhir jika kita bisa memperoleh banyak manfaat positif darinya.
Sepuluh aturan menuju hidup yang lebih berbahagia :
1. Berbagi
2. Melakukan kebaikan
3. Selalu mengucap syukur
4. Bekerja penuh semangat
5. Mengunjungi orangtua dan belajar dari pengalaman mereka
6. Memandang lekat lekat wajah seorang bayi dan mengaguminya
7. Sering tertawa – tawa adalah minyak pelumas hidup
8. Berdoa untuk mengetahui jalan Tuhan
9. Membuat rencana seperti Anda akan hidup selamanya – dan itu pasti
10. Hidup seakan akan hari ini adalah hari terakhir hidup Anda di muka bumi
0 comments: