twitter

 kepolosan. Anak2 dapat dengan mudah & cepat sekali dalam memaafkan orang lain.

Saya berpikir, seringkali kesombongan kita sbg orang tua, merasa jauh lebih tahu, membuat kita kehilangan kepolosan yg sebenarnya sangat penting dlm kehidupan ini. Padahal sesungguhnya kita juga dapat banyak belajar dari anak2 kita. Saya menuliskan ini krn saya sendiri juga belajar dari anak2, terutama dari anak saya yg autis, Jason.

Kemarin sore, pas jemput Jason pulang dari terapi, dia melakukan hal yg membuat saya sangat marah. Saya baru mengganti talang air utk pintu mobil, krn salah satu talang yg lama telah hilang di tengah jalan tol, terbang melayang entah ke mana.

Setelah talang air yg baru di psng, ke-3 buah talang yg lama saya letakkan dgn posisi berdiri di bagian belakang mobil, spy saya bisa meletakkan tas & barang2 Jason di sebelahnya. Rencananya, talang2 yg lama itu akan saya simpan, mungkin masih bisa pergunakan utk serep jika yg baru ini rusak atau hilang lagi.

Saya mengantarkan Jason ke pintu depan, lalu membuka pintu belakang utk meletakkan tas & kotak makan Jason. Tapi begitu masuk dr pintu depan, Jason lgsg terbang meluncur ke bangku belakang tanpa menggubris teriakan histeris saya.

Akibatnya ke-3 talang air lgsg patah digilas oleh badannya. Sy naik pitam, lgsg berteriak menyuruh dia kembali duduk di dpn. Sambil mengomel, segera saya ambil salah satu talang yg patah itu dan memukul kakinya. Jason ketakutan, lgsg saja meluncur kembali ke tempat semula di bangku depan.

Setelah duduk di kursi depan, saya pelototi dia. Saya mencubiti tangan kanan yg diulurkannya kpd saya sambil terus mengomelinya, padahal sebenarnya Jason hendak mencium tangan saya tanda minta maaf.

Dalam perjalanan pulang, kami diam2-an saja. Tapa sampai di tengah perjalanan, mulai timbul penyesalan dalam hati saya. Saya pegang tangan kanan Jason, sambil minta maaf, saya ciumi tangannya. Jason juga melakukan hal yg sama, namun tdk hanya cium tangan saja, tapi ke-5 jari saya juga diciuminya satu-persatu. Ingin saya segera memeluknya, tapi tidak bisa, krn saat itu saya sdg nyetir di tol.

Dlm hati sy berpikir, biarlah talang itu patah semua, toh hanya akan makan tempat saja jika ditaruh di rumah. Dan entah kapan baru ada gunanya lagi.

Sampai di rumah, waktu saya ajak Jason cuci tangan & kaki, setelah pakaiannya dibuka, saya baru melihat bhw selain memar bekas cubitan di tangan kanannya, di perut Jason juga ada 3 luka yg bengkak & memerah. Di pahanya juga ada luka2 gores. Saya baru sadar bhw tadi, ketika Jason ketakutan dan meloncat kembali ke bangku depan, bagian tajam dari patahan ke-3 talang air itu telah melukai perutnya. Lalu sabetan yg saya layangkan dgn sekuat tenaga dgn menggunakan salah satu talang yg patah itu, juga telah membuat goresan di pahanya.

Saya terdiam ..... membayangkan harga talang yg tidak seberapa dibanding dgn harga yg harus saya bayar akibat kemarahan yg tak terkendali.

Saya segera minta ampun kpd Tuhan & kpd Jason. Smbl mengolesi luka2 Jason dgn obat sy peluk & ciumi dia. Saya berdoa semoga Tuhan cepat menyembuhkan luka2nya, luka di hatinya, & juga luka di hati saya, yg telah saya buat sendiri.

Saya teringat akan kisah tentang seorang anak hamba Tuhan yg terpaksa diamputasi ke-2 telapak tangannya krn tetanus, setelah dipukulli ayahnya, krn membuat lukisan di dinding mobil barunya dgn menggunakan paku yg sdh karatan. Walaupun anak itu sdh menangis, menyesal, & berkata: "Papa, mama, maafkan saya ya. Saya janji tdk akan nakal lagi. Tolong kembalikan tangan saya ya." Tapi apa yg dapat dilakukan orang tuanya? Nasi sdh menjadi bubur.

Hari itu saya bertobat, minta Tuhan berikan hati yg polos spt anak kecil, yg cepat memaafkan, dan belajar sungguh2 utk mengendalikan emosi, sebelum mengambil tindakan yg kemudian saya sesali sendiri. Semoga semua orang tua yg membaca tulisan ini, juga belajar dari anak2 yg Tuhan titipkan kpd kita. Kasihi mereka, berikan mrk kesempatan utk belajar dari kesalahan, sama spt kita juga perlu belajar dari mereka, dan dari kesalahan2 kita sendiri. GBU.

-TRUE STORY budiman lee- 
Selalu berbahagia
Minggu, 31 Oktober 2010 | 0 comments | Labels:

0 comments:

Posting Komentar